Seorang pedagang tengah mempacking arang yang dijual di Pasar Raya Padang, Sumatra Barat, Selasa (23/4/2024). Foto: NOLI PICTURES |
Hadirnya cara praktis memasak di era serba teknologi ini ternyata tidak serta merta kondisi cara memasak secara tradisional luluh dimakan zaman.
Seperti halnya dengan arang. Peran arang dalam dunia memasak terbilang berarti, karena bara panas dari arang itu juga bisa dijadikan salah satu cara untuk memasak dengan cara dipanggang.
Sebut saja membuat sate, ikan bakar, ayam bakar, cumi bakar, jagung bakar, pisang bakar, dan berbagai jenis masakan yang dibakar lainnya.
Seorang pedagang tengah mempacking arang yang dijual di Pasar Raya Padang, Sumatra Barat, Selasa (23/4/2024). Foto: NOLI PICTURES |
Di era sekarang, untuk membuat masakan yang jenis dibakar itu, sudah bisa menggunakan teknologi berbasis listrik. Cara tersebut dinilai lebih praktis dan memudahkan seseorang untuk mendapatkan masakan yang lezat dengan cara dibakar.
Namun ternyata, kehadiran teknologi berbasis listrik tersebut, tidak serta merta arang yang menjadi bahan membakar sejumlah masakan ditinggalkan atau malang hilang ditelan zaman.
Buktinya, di suatu sudut di Pasar Raya Padang, ada pedagang yang khusus menjual arang yang terbuat dari tempurung. Penjualannya tidak tanggung-tanggung, bisa lebih dari Rp500.000 per harinya.
Seorang pedagang tengah menuangkan arang dari karung untuk dijual di Pasar Raya Padang, Sumatra Barat, Selasa (23/4/2024). Foto: NOLI PICTURES |
"Arang ini masih banyak yang beli, terutama untuk rumah makan dan restoran, dan juga yang datang dari ibu-ibu rumah tangga," kata Randi pedagang arang di Padang, Selasa (23/4/2024).
Randi menyebutkan untuk menjual arang ini dia memiliki stok hingga 5 karung per harinya, dimana nilainya bila habis terjual bisa mencapai hingga Rp500.000.
Nilai itu dihitung dengan takaran jualan untuk kemasan satu kantong kresek kecil Rp5.000 hingga Rp10.000.
"Saya sudah lama jual arang batok kelapa ini. Seminim-minim terjual itu sekitar Rp200.000," ucapnya.
Di Pasar Raya Padang, penjual arang tersebut hanya ada satu lapak pedagang saja. Sehingga bila ada pesanan atau pembeli yang mencari arang, maka hanya bisa dibeli kepada pedagang Randi.
Dia mengaku bahwa ada kekhawatiran melihat perkembangan teknologi saat ini, seperti halnya cara praktis memasak, dimana ada alternatif lain untuk memasak dengan cara dibakar selain memakai arang.
Seorang pedagang tengah mempacking arang yang dijual di Pasar Raya Padang, Sumatra Barat, Selasa (23/4/2024). Foto: NOLI PICTURES |
"Ternyata masih banyak yang beli arang ke saya. Di satu sisi saya senang," sebut Randi.
Salah seorang pedagang di kawasan wisata Pantai Padang, Rianti mengatakan arang masih menjadi kebutuhan utama dalam menjalani usahanya. "Saya jual jagung bakar dan pisang bakar. Jadi arang memang harus ada setiap harinya," kata dia.
Rianti menyampaikan bahwa per harinya dia harus membeli minimal 5 kantong arang, dengan waktu berdagang dari pukul 17.00 Wib hingga pukul 23.00 Wib.
Seorang pedagang tengah mempacking arang yang dijual di Pasar Raya Padang, Sumatra Barat, Selasa (23/4/2024). Foto: NOLI PICTURES |
"Dari sore sampai malam saya jualannya di Pantai Padang ini. Alhamdulillah ramai yang beli jagung bakar dan pisang bakarnya," jelas dia.
Menurutnya meski ada cara praktis untuk membakar jagung dan pisang yakni menggunakan sebuah wajan yang pembakarnya pakai listrik, namun soal rasa hasil membakar pakai arang dengan menggunakan wajan dari listrik itu, lebih enak pakai arang.
"Jadi ada pengaruh rasa, bakar pakai arang lebih enak," ungkapnya.
0 Comments :